Dua Malam, Suasana Kamar Ganti Terus Mencekam
Juara Preseason Tournament CLS Knights Surabaya terbangun dari mimpi indahnya. Kekalahan beruntun dari laga melawan tim menengah pada dua pertandingan awal Seri I Flexi NBL Indonesia membuat CLS tersengat. Tekad untuk cepat bangkit segera dicanangkan.
AINUR ROHMAN, Bandung
---
SUASANA kontras terasa di sekitar ruang ganti pemain setelah laga Muba Hangtuah IM Sumatera Selatan melawan CLS Knights Good Senin malam (12/12). Para pemain, pelatih, hingga jajaran manajemen Muba terus mengumbar tawa.
Maklum, bagi Muba yang tidak diunggulkan, menang 67-61 atas juara preseason tournament itu merupakan prestasi hebat. Kemenangan Muba tersebut menjadi yang kedua secara beruntun di Seri I Flexi NBL Indonesia 2011-2012.
Sebaliknya, bagi CLS Knights, start itu sangat buruk dan memalukan. Hal yang disadari betul oleh seluruh komponen tim. Bahkan, membuat suasana kamar ganti CLS di belakang GOR C-Tra Arena hening dan terasa mencekam.
Nuansa kamar ganti yang negatif itu sudah terasa saat CLS ditumbangkan oleh Stadium Jakarta Minggu lalu (11/12). Tetapi, kalah oleh Muba membuat wajah pemain lebih kusut dan cemberut.
Staf pelatih menutup rapat pintu ruang ganti sesaat setelah laga. Rapat evaluasi dilakukan hampir selama 30 menit.
Setelah team meeting selesai, wajah pemain masih saja kusut. Shooting guard Wijaya Saputra mengambil kursi, duduk sendirian, dan sibuk dengan ponselnya. Teguran dari beberapa orang yang melintas, termasuk Jawa Pos, tidak dihiraukan. Senyum shooting guard Jeffry Bong juga kecut.
"Mau apa lagi? Namanya juga kalah. Kami harus cepat bangkit," katanya.
Pemain CLS pantas memendam kesedihan yang amat dalam. Sebab, sepanjang tahun ini, prestasi tim kebanggaan Surabaya itu amat dahsyat. Agustinus Indrajaya dkk berturut-turut menjadi finalis NBL Indonesia. Lantas, awal Mei lalu CLS merajai turnamen internasional World Challenge di Surabaya.
Bahkan, pada kejuaraan itu CLS mampu memukul Gold Coast Scoody All-Star yang diperkuat mantan kapten tim nasional Australia James Harvey. Bisa menjadi nomor satu, CLS sekaligus memupus pertanyaan banyak orang soal kapasitas pelatih muda Risdianto Roeslan.
Awalnya, Risdi, sapaan akrabnya, diragukan untuk menggantikan Wan Amran yang sukses mengangkat performa tim itu sebelumnya. Puncaknya, mantan asisten pelatih Satria Muda Britama Jakarta tersebut sukses mengantar CLS menjadi kampiun NBL Indonesia Preseason Tournament di Malang awal Oktober lalu.
Rangkaian prestasi itulah yang membikin CLS dianggap sebagai salah satu kandidat utama juara NBL Indonesia. Lalu, Stadium dan Muba hadir dan membuat CLS kembali menginjak bumi. Dua tim kuda hitam tersebut me-warning bahwa jalan juara di NBL sangat tidak mudah.
Head coach Risdianto Roeslan mengevaluasi bahwa akurasi shooting para pemainnya jelek. Padahal, pola defense yang diperagakan oleh center Agustinus Indrajaya dan power forward Dwi Haryoko sudah cukup baik.
"Tetapi, memang pola offense-nya tidak baik. Shooting tidak berjalan. Free throw juga tidak maksimal," papar Risdi.
Saat melawan Muba, para shooter CLS tampil jauh dari standar mereka. Persentasenya sangat rendah, hanya 6 persen. Mencoba 16 kali tembakan tiga angka, hanya satu tembakan yang masuk. Padahal, akurasi shooting merupakan senjata utama CLS.
Kapten Agustinus Indrajaya meyakinkan bahwa tidak ada yang salah dengan timnya. Pemain 28 tahun kelahiran Jember itu juga menegaskan bahwa timnya tidak overconfidence setelah menjadi juara preseason.
"Tidak terjadi apa-apa. Namun, memang akurasi shooting kami nggak jalan. Defense juga lumayan jelek. Latihan hari ini (kemarin, Red), kami banyak berlatih nembak," ucapnya.
Tekad kuat untuk cepat bangkit datang pula dari Jeffry Bong. "We lost 2-0. But remember, we are CLS Knights, we never give up! I don't care what people say, still remember we can," tulis pemain kelahiran Jakarta itu di akun Twitter - nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar